
Universitas Baiturrahmah (Unbrah) terus melakukan langkah strategis dalam memperkuat sistem penjaminan mutu dan mempersiapkan re-akreditasi institusi. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Unbrah menghadirkan Dewan Eksekutif BAN-PT, Prof. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D., dalam kegiatan sosialisasi akreditasi perguruan tinggi Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT) versi 4.0 serta pengenalan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online (SAPTO) 2.0. Acara berlangsung di Ruang Sidang Yayasan Pendidikan Baiturrahmah, Kamis (8/11/2025).
Dalam paparannya, Prof. Agus menjelaskan dinamika terbaru kebijakan akreditasi yang terus berkembang mengikuti perubahan regulasi nasional. Ia menekankan bahwa akreditasi merupakan amanat undang-undang yang tidak sekadar penilaian formal, tetapi instrumen utama penjaminan mutu pendidikan tinggi. Menurutnya, meskipun Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) tidak mengalami perubahan signifikan, aturan pelaksanaan akreditasi kini disesuaikan melalui terbitnya Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025, yang menggantikan Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023.
Perubahan ini membawa penyesuaian penting, salah satunya mengenai mekanisme penjaminan mutu dan sistem pemantauan akreditasi. “Kini tidak ada lagi perpanjangan otomatis akreditasi seperti sebelumnya. Yang ada adalah pemantauan berkelanjutan dan mekanisme pengajuan ulang berdasarkan hasil penjaminan mutu,” jelas Prof. Agus. Ia menegaskan bahwa lembaga seperti BAN-PT tidak lagi menerima pembiayaan langsung dari perguruan tinggi, karena seluruh proses dibiayai oleh kampus yang bersangkutan melalui mekanisme resmi dan transparan.

Dalam penjelasannya, Prof. Agus juga menyoroti pentingnya status eligible bagi perguruan tinggi untuk dapat mengajukan akreditasi unggul. Kelayakan ini harus memenuhi kriteria kuantitatif seperti jumlah program studi unggul minimal 15 hingga 20 persen tergantung jumlah prodi yang dimiliki, serta proporsi dosen bergelar doktor dan jabatan akademik lektor kepala atau guru besar. “Misalnya, untuk perguruan tinggi swasta dengan 10 program studi, minimal dua di antaranya harus berstatus unggul. Selain itu, rasio dosen bergelar doktor harus mencapai 20 persen,” paparnya.
Dalam konteks Unbrah, Prof. Agus mengungkapkan bahwa dengan 230 dosen, proporsi dosen bergelar doktor dan lektor kepala masih perlu ditingkatkan agar memenuhi syarat eligible. Data dosen dan capaian tridarma perguruan tinggi yang termuat dalam PD-Dikti dan Sister menjadi faktor penting dalam penilaian SAPTO 2.0. Ia menambahkan bahwa instrumen akreditasi terbaru mengharuskan setiap perguruan tinggi mengisi seluruh aspek data, karena sistem kini sepenuhnya terintegrasi dengan PD-Dikti.
Lebih lanjut, Prof. Agus memaparkan konsep penting dalam IAPT 4.0 yaitu diferensiasi misi, yang menuntut perguruan tinggi untuk memiliki fokus jelas dalam tridarma pendidikan tinggi—baik pada aspek pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat. “Perguruan tinggi harus menentukan fokusnya dan menuangkannya dalam renstra, Rencana Induk Pengembangan (RIP), hingga ke tingkat program. Tujuan dan strategi harus terukur, sinkron, dan bisa dibuktikan lewat capaian indikator,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa dalam penyusunan strategi mutu, setiap perguruan tinggi harus memiliki empat tim utama, yakni tim budaya mutu, tim relevansi pendidikan, tim relevansi penelitian, serta tim relevansi pengabdian kepada masyarakat. Tim-tim ini menjadi motor penentu arah pengembangan mutu yang terukur dan sesuai dengan karakter institusi masing-masing.
Melalui sesi diskusi yang berlangsung interaktif, Prof. Agus menekankan bahwa proses akreditasi bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan sarana refleksi untuk menilai sejauh mana perguruan tinggi telah menunaikan mandat tridarma-nya. Ia mengingatkan bahwa data yang dimasukkan ke SAPTO dan PD-Dikti harus akurat, lengkap, dan konsisten agar tidak menimbulkan ketidaksesuaian dalam penilaian akreditasi.

Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi Unbrah dalam mempersiapkan diri menghadapi re-akreditasi institusi yang akan datang. Melalui brainstorming bersama BAN-PT, diharapkan seluruh unit kerja dapat memahami arah kebijakan terbaru dan memperkuat budaya mutu secara menyeluruh. Dengan pemahaman yang sama antara pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan, Unbrah optimis dapat mencapai status akreditasi unggul yang mencerminkan kualitas dan komitmen terhadap pendidikan tinggi berdaya saing global.
